Thursday, October 4, 2012

BELAJAR UNTUK KESELAMATAN MANUSIA


“Belajar Untuk Keselamatan Orang Asli Papua” (OAP)
Degei’s opinions—Sulit tetapi Paksa Diri karena Ku Mengadarinya

Mengampaikan suatu masalah (peristiwa yang diamati, didengar, dirasa, diteliti, dan diraba serta dicium) tanpa terlebih dahulu memberikan pengantar/gambaran, pendukung, pengelurusan, penegasan, maka akan menjadi kenyatan/kebenaran yang sia-sia, hanya rugi tenaga, waktu, dan suara kata2 anda karena hal yang tidak bisa disangkah adalah mereka tidak mengerti yang sejatinya, malah anda membuatkan mereka “ibaratnya”, mereka melihat bintang terang di langit tetapi bentuknya yang sebenarnya mereka tidak tahu, artinya anda mengampaikan sesuatu hal ke mereka tetapi mereka tdk mengerti karena anda secara spontan masuk inti masalah saja, padahal jika kita ketahui secara konferehensif suatu masalah, ternyata ada bangak sudut pandang yang kita perlu di lihat dan dikhususkan ke inti masalah yang akan mengampaikan dengan memberikan gambaran/pengantar, pendukung/penegasan atas masalahnya untuk menyadarkan mereka sehingga mereka bisa lebih mengerti baik dan menanggapinya dengan baik, berupa hal yang tidak dikenangkan maupun yang mengenangkan.

Dengan mengadarinya hal sedemikian, memberikan/meneksplanasi suatu hal ke mereka/pendengar merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi anda. Di samping anda meyadarkan mereka dengan memberikan eksplanasi, anda pun lebih cerah dan lebih ke dalam melihat dan memahami apa yang anda pikirkan sehingga nilai bahasa anda menjadi berkualitas, maka pendengar akan menghormati, mempercayai dan terbuka untuk mendengarnya. Oleh sebab itu, dalam tulisan di bawah ini tentang “Belajar Untuk Keselamatan Manusia”, sebelumnya penulis memberikan gambaran/penjelasan yang sangat mendukung atas hal yang akan disampaikan sebagaimana judul tersebut di atas. Gambaran atas masalah tersebut di atas yang akan penulis sampaikan bukan berupa kutipan, masukan, pernyataan/bercerita. Terlepas dari itu semua, adalah berupa pertanyaaan dengan maksud penulis adalah supaya pembaca/pendengarnya bisa langsung memperbandingkan anatar masalah dan menerima gambaran yang sangat mendukung terhadap masalah yang penulis uraikan sehingga andapun tidak menjadi pendengar/pembaca yang sia-sia, atau bahasa lain anda bisa memahami maksud dari inti masalahnya secara berkualitas. Untuk itu, mari kita mengetahui apa itu gambaran yang penulis akan disampaikan berupa pertanyaan2an di bawah ini!

Sebelum mengampaikan gambaran untuk mendukung atas masalahnya yang penulis akan sampaikan, penulis terlebih dahulu memberi arah pemikiran bahwa Belajar bukan hanya satu sudut pandangan saja, misalnya belajar di sekolah, tetapi ada bangak hal yang kita belajar baik itu hal yg baik maupun yang tidak baik. Dan di luar sekolah juga kita belajar dengan berbagai sudut pandang.

Mengapa Negara amerika selalu dikatakan di public bahwa Negara amerika adalah Negara adhi kuasa? Mengapa Jhon Rambo telah memenangkan dan mengelamatkan diri dan warganya pada saat warganya sedang dipenjara do Negara lain? Mengapa dalam pesta demokrasi (pemilihan pemimpin anggotanya ), ada orang yang memenangkan diri dalam pemilihannya dengan aman? Mengapa Negara jepan bisa buat Motor/Mobil dengan menggunakan SDM sendiri? Itu di atas dalah bahan perbandingan saja?

Apakah apa yang mereka peroleh sebagaimana yang terdapat dalam pertanyaan2an di atas itu dengan sendirinya datang, atau tanpa berusah,bekerja, berpikir/tanpa belajar? Untuk mendatangkan sebagaimana yang ada di pertanyaan2an tersebut di atas, maka apa yang harus diupayakan orang? Itulah sebabnya penulis mengadari dan berpikir bahwa apakah Belajar itu Penting untukku dan sesama orang? Apa yang aku harus belajar dan untuk itu, caranya apa?

“Sebuah pertanyaan yang sangat matang yang perlu kita yang merasa,mengadari dan dirugikan, ditiadakan, direndahkan, dihilangkan, ditindas, didiskriminasi, dieksploitasi pemilik sesuatunya yaitu Orang Asli Papua (OAP), yang perlu bertanggungjawabkan dan dilaksanakan adalah apakah masalah HAK OAP ini juga bisa terwujud dengan “Belajar”? Sekarang saatnya kita masuk inti masalah untuk mengetahuinya dari “Belajar Untuk Keselamatan Orang & Keselamatan Orang Papua”.
Apa si belajar?
Ada apa si dibalik belajar?
Apakah ada untung, ada rugi setelah belajar?
Dengan pertimbangan pertanyaan2 sebaagimana dengan tersebut di atas, bagimana dengan OAP dalam perjuangan kebebasan HAK dari NKRI, NKRI adalah Negara yang punya pondasi yang kuat dengan Demokrasi demi mewujudkan Pembukaan UUD 1945, Alinea ke empat tetapi sebuah pondasi secara empiriknya ibarat sebuah barang yang disimpang di gudang, yang orang tidak bisa melihat dan
dinikmatinya, karena yang punya barangnya suda lupa?

Untuk mengetahui arti belajar sekaligus mengantarkan kita pada arah pemahaman yang lebih intim atasnya, maka terlebih dahu penulis memanfaatkan pengertian menurut para ahli pskolog di antaranya sebagaimana pengertian tersebut di bawah ini:

Arno F. Wittig dalam Psychology of Learning: 1981. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam tingkah laku suatu organisme sebagai hasil belajar.

James Patrick Chaplin dalam Dictionary of Psychology: 1985. Belajar dibatasi dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua Belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.

Hintzman, Douglas L. dalam The Psychology of Learning and Memory: 1987. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

John Burville Biggs dalam Teaching for learning: the view from cognitive psychology: 1991. Belajar mempunyai tiga macam rumusan, yaitu :
Rumusan kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.

Rumusan institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui dalam hubungannya dengan proses mengajar. Ukurannya ialah, semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai.

Rumusan kualitatif, ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.

Arthur S. Reber, Rhianon Allen, Emily Sarah Reber dalam The Penguin Dictionary of Psychology: edisi 1986, 1995, 2001. Belajar dengan dua macam definisi.

Pertama, belajar adalah : proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan ketrampilan non kognitif.

Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif selamanya sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar yaitu: relatively permanent, response potentiality, reinforced dan practice.

Ditarik kesimpulan berdasarkan pengertian menurut para ahli psikologi bahwa belajar berarti proses memperoleh pengetahuan mencakup keseluruhan tingkalaku sebagai pengendalih dalam kehidupan bermasyarakat dan ilmu keahlian sebagai pengendalih fungsi kerja dalam pekerjaan administasipemerintahan, LSM maupun swasta , yang diperoleh melalui pendidikan formal maupun nonformal. Di samping itu juga, Belajar berarti proses memeroleh pemahaman kenyataan di sekitarnya beserta cara menafsirkanya untuk memeroleh puncak pencerahan dalam melihat dunia sebagai cermin hidup.

Dengan memahminya pengertian belajar menurut para ahli tersebut di atas, maka itu, ada yang tertarik untu belajar?
Apakah belajar bagi setiap orang di dunia itu penting?
Lebih khusus lagi, apakah belajar bagi OAP itu sangat membutuhkan karena sementara bangak terjadi masalah di papua terutama masalah HAM yang membutuhkan solusi melalui pendidikan, yang dapat melalui proses belajar?

Memang benar bahwa belajar bukan hal yang kurang menguntungkan dan belajar bukan pula hal yang ringan. Belajar adalah satu-satunya jalan kebenaran, hidup kebenaran dan belajar untuk keselamatan kehidupan anda dari bahaya yang datang dari luar menangkut (konflik, kebutuhan pokok, pendidikan, politik dan mencari kesempatan kerja. Di samping itu, dengan belajar, ibaratnya orang membuka jendela untuk melihat apa yang terjadi di luar ruangan, sementara lagi dia melihat apa yang sedang di ruangannya. Artinya melalui belajar, maka orang melihat dunia ibarat bola pimpong yang orang bisa ambil dan angkat dengan satu jari pun bisa.

OLeh karena itu, apakah anda (OAP) berstimulus untuk belajar? Apakah orang bisa tahu sesuatu tanpa belajar? Apakah belajar itu hanya sekali membaca buku, mengamati, mendengar, merefleksikan dan mengiru sesuatu kenyataan/fakta maupun sekali berspekulasi? Jika, seorang pelajar seperti itu, maka sial sekali impiannya. Bahasa lainya, belajar itu hanya sekali atau sering mengetahui sesuatu statis maupun dinamis, maka orang mustahil tahu hal itu secara kenyataanya, malah ia ibaratnya ikan yang ada di dalam air yang kabur. Itu sebabnya, maka Menurut Bahasa Pak Guru SMA Ahdi Luhur Nabire, Longginus Pekey menyatakan belajar itu adalah suatu pekerjaan kehidupan sehari2. Belajar itu bagian dari kehidupan sehari –hari karena ibaratnya jika se-seorang tidak makan sehari, maka akibatnya terjadi kelaparan padanya.

Penulis sangat tertarik dengan bahasa sebelumnya adalah belajar itu pekerjaan kehidupan sehari2 dan jika sehari tidak belajar, maka ibaratnya se-seorang tidak makan sehari, maka terjadi kelaparan padanya. Kedua hal tersebut sebelum ini jika dikaItkan dengan masalah di papua dan cara kepemimpinan pemerintah papua dan pemerintah pusat di Indonesia terhadap OAP sangat menarik untuk diperbandingkan dan diidentifikan untuk mengetahuinya dosa2 dari mereka terhadap tanah papua dan masyarakat setempat sebagai masyarakat adat/pribumi, yang dilakukan melalui berbagai upaya mereka baik itu jalur pembangunan maupun pengamann melalui TNI/POLRI di Papua.

Untuk mudah mengetahui jawaban atas pernyataan tersebut di atas, penulis terlebih dahulu memberikan pertanyaan bahwa kenapa pemerintah daerah di papua telah diberikan Otsus tetapi dalam operasionalnya atas Otsus dan fungsi sebaagai pemimpin daerahnya telah dan sedang menjadi bermasalah?, hal ini dilihat dari tidak adanya perubahan menuju pembangunan yang moderen dalam berbagai aspek kehidupan mereka, malah melalui Otsu tersebut, bangak menimbulkan masalah social secara vertical pemerintahan dan horizontal dalam masyarakat dengan berbagai sudut masalah spasilsehingg dari itu, orang yang berhati terhadap tanah papua dan masyarakat miskingnya tidak anda ? Jawaban sementara yang terduga adalah apakah munkin karena di dalam operasionlnya karena terjadi dengan patologi/anomaly birokrasi? Memang bila itu terjadi, berarti itu karena kurang bertanggungjawab atas tugasnya, berarti apakah mereka masih belum mengerti dengan teori pembangunan adaptatif? Ataukah mungkin karena mereka tidak cintah terhadap masyarakat mereka dan daerahnya? Berdasarkan pertimbangan kedua pertangaan di atas, maka yang pertama logis adalah Mereka belum berpendidikan yang sesuai dengan daerah mereka, berarti mereka belum belajar/ memahaminya teori pembangunan Adaptatif.

Masalah menghambatnya pembangunan di papua, yang kedua adalah mereka tidak mencintai trhdp masyarakat dan daerahnya, sehingga ibaratnya, Orang Tua tidak membimbing anakna sehingga anaknya hidup dengan tidak jelas, alias ia menjadi anak gelangangan, pemulung sampah, tidak bersekolah, pemabuk, tdk punya sumber kehidupan dll, kasihan. Sementara dilihat dari sudut pandang mata, hati dan pikiran pemerintah pusat terhadap OAP adalah Ibaratnya, pelajar TK diberi materi dari materinya SD/SMP sehingga pelajar tersebut mereka tdk mengerti sama sekali, alias dua orang gila bertemu satu tempat, apakah itu merekah ketemu dengan maksud tertentu, mustahil. Artinya kebijakan dari pemerintah pusat melalui pembangunan di papua terlalu memaksa, aplagi jangka waktu untuk pembangunan di papuanya terlalu mudah ketimbang derah lain di Indonesia, lebih realnya, sejak Tahun 2001 melalui UU No. 21/2001 Tentng Otsus ketimbang daerah lain diperhatikan sejak Tahun 1999 melalui UU No 22 dan 25, masa orde baru, kepresidenan Soeharto, usia yang suda tua bagi mereka dalam pembangunan daerah, sementara papua dilupakan sehingga tdk bermasalah bagi mereka ketimbang di papua yang sedang bermasalah karena letinggalan dalam proses pembangunan kehidupan OAP.

Dengan demikian, pertanyaan adalah menyapa Pemerinta Indonesia menginntegrasikan papua ke dalam NKRI pada saat itu, apakah di balik itu mereka punya kepentingan yg dirahasiakan? Jawaban yang berdasarkan kenyataannya, jika hanya untuk orang papua saja mereka tidak mungkin diintegrasikan,melainkan SDAnya, yang memang hingga saat ini pun sedang dieskploitasi terutama PT. FREEPORT Di Timika, Papua; belum lagi minyeral yang lain dan SDA yang ada di hutan Papua yang selalu dikeluarkan daerah luar lewat kapal2. Itu bukti2nya dari Pemerintah pusat terhadap OAP dengan terlupakan di dalam kehidupan NKRI. Jika, mereka, pemerintah pusat mengutamakan OAP sejak diintegrasikan Bangsa Papua ke dalam NKRI, maka tentunya, tidak bisa sangka adalah tdk terjadi masalah di papua, yg sedang bertumbuh, ibarat makluk hidup, artinya pembangunan di Indonesia bisa terjadi seimbang dari barat sumatera ke timur- papua. Harus diakui dan diketahui bersama bahwa itu di atas terjadi karena kurang mengenal pulau2 yg ada di dalam wilaya NKRI, sehingga pembagunan di seluruh indonesianya tdk merata pada saat itu, tetapi jawaban ini sangat lucu. Walaupun begitu, itu bukan berarti harus dibenarkan tidak tetpi, itu masalah pertanggungjawaban dari pemimpin itu sendiri di dalam NKRI karena papua telah menjadi bagian dari NKRI. Jadi, pertanyaannya, untuk apa papua diintegasikan ke dlm NKRI jika pada saa itu tidak diperhatikan sama sekali? Di dalam kehidupa NKRI bagi bangsa Papua tidak ada keuntungan terutama dlm kesejahteraan dan politik, kecuali orang papua tahu bahasa Indonesia sebagai bhs pengantara dan pengenal diri sebatas terhdp orang luar.

Pemimpin Indonesia waktu itu tidak mampu bertanggungjawab terhadap Papua dlm Pembangunan disebabkan oleh pemahaman pembambangunan sesuai letak geografisnya masih belum mengetahui/mengenal dan pemikirang yang masih jawanis/tradisional,alias tidak berpikir keIndonesian/public membuat daerah tertentu menjadi ketertinggalan dalam proses pembangunan terutama daerah papua pada saat itu terjadi. Dengan demikian, konsep Kebinakaan menjadi sebatas sibolis saja karena Demokrasinya belum inyatakan di seluruh Indonesia untuk mewujutkan UUD 1945, alinea ke empat. Itu puncak penghambat pembangunan di papua, sehingga kelanjutan dari itu, pembangunan di papua pada saat ini di samping pemimping daerah papua yang tidak mampu mengimplementasikan fungsinya dalam pembangunannya, di sisi lainnya, dalah kebijakan dari pemerintah pusat terhadap Daerah Papua ibarat angjing kejar tikus yang masuk di dalam lubang tanah sehingga tdk bisa dapat2, artinya untuk membangun di papua pemerintah pusat membuat kebijakan2 tertentu tetapi itu tidak mencapai pada harapan mereka karena kebijakan itu tidak sesuai dengan jangka waktu dan ruangnya, salah satunya dari kebijakan perpu adalah Otsus bagi OAP, kebijakan ini adalah sifatnya terlalu memaksa/ibarat anjing mngejar tikus yang masuk di dalam tanah sehingga tdk jadi2 dapat. Itu semuanya terjdi karena, pemerinth pusat yang tertutup terhadap OAP dan masalah SDM bagi pemimpin papua itu snediri, baik itu berupa kognitif, afektif maupun pskomotori dalam implementasi fungsinya sebagai pemimpin papua sesuai jabatan di dalam struktur pemerintah, alias belum terbentuk tipologi pembagunan daerah.

Untuk mengelamatkan bangsa papua dari segala ketertinggalan dalam aspek kehidupan, lebih dari itu semua adalah untuk berdiri di atas tanah papua sebagai orang yang memiliki hak yang tidk bisa digugat/dikianati, artinya untuk mencapai bebas dari tekanan orang yang tidak sama budaya dengan orng papua, maka kunci dari itu semua adalah BERDOA dan BELAJAR. Berdoa untuk membuka jalan dalam proses belajar. Untuk itu, belajar tidak ada gratis bagi orang yg punya uang, bapanya pejabat dan orang miskin pun tdk bisa diampunyi untuk dapat ilmu, artinya belajar itu adalah bagian dr perjuangan yg sangat berhati2, karena jika tidak berhati2, maka ilmu itu sifatnya abstrak artinya ilmu itu sifatnya sulit diketahui. Itu sebabnya, maka dalam proses belajar, kesaradaran, kepercaaan dan stimulus untuk mengetahui sesuatu merupakan kekuatan dasar yang penting terpenuhi dalam proses belajar yang berhati2 untuk memperoleh respon yang nyata.

Apakah kita, orang papua boleh belajar seperti ini demi masa depan bangsa papua karena jika tdk, maka kwatir akan dikuras habis oleh kapitalis luar papua dan penjajah dan demi untuk masyarakat kita kedepan karena jika tidak, maka kwatir akan ditindas, dikucilkan, dirampas hak mereka dan diambil kehidupan mereka, justru mereka telah menjadi buruh yg tdk dihargai HAK mereka, sebagaimana sedang kenampakan di lingkungan perusahan besar maupun kecil di papua? Apakah kita, orang papuapun ingin diakui orang luar secara nasional maupun internasional, jika kita belajar yang harapannya akan memerdekakan Bangsa Papua beserta msyarakatnya? Bebas!
 
Source : Facebook  (Pa Puan)
 
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Judul: BELAJAR UNTUK KESELAMATAN MANUSIA
Ditulis Oleh Catatan Steven
Jika anda mau mengutip, harap berikan link DOFOLLOW / Sumber yang menuju pada artikel saya BELAJAR UNTUK KESELAMATAN MANUSIA ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatian anda, jangan lupa berikan komentar dibawah artikel ini

Newer Post Older Post Home
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

bagaimana menurut pendapat anda, silahkan berkomentar

Unduh Adobe Flash player